Jumat, 24 April 2015

Kegiatan Produksi Tebu

Oleh : Haready Widyatmoko                                                                                                     Jumat, 24 April 2015 | 15.22 WIB 
                                Peninjauan Lahan Tebu (Lab. SDAL UGM / Ananto)

Kegiatan produksi tebu di KUD Bulusae yang sudah berlangsung selama kurang lebih 30 tahun berjalan kondusif. Sistem mitra yang dilakukan oleh KUD Bulusae dengan cara bermitra dengan petani tebu rakyat yang ada di Kecamatan Kedungjajang, Kabupaten Lumajang sebagai pemasok tebu dan mitra dengan PG Jatiroto sebagai pihak yang membantu dalam proses penggilingan dan pemasaran hasil panen dapat dicontoh oleh KUD lainnya.

Namun masih terdapat permasalahan yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan produksi tebu di KUD Bulusae. Permasalahan yang kini masih sering dihadapi KUD Bulusae dalam produksi tebu di antaranya kurangnya jumlah mandor dan masih masih sedikitnya jumlah petani mitra, KUD Bulusae umumnya hanya menjual tebu ke satu pabrik gula, serta kurangnya promosi unit usaha konsorsium tebu yang dimiliki KUD Bulusae.

Jumlah mandor yang dimiliki KUD Bulusae saat ini berjumlah 9 orang. Jumlah ini masih belum efektif dalam mengakomodir 310 orang anggota aktif KUD Bulusae. Selain itu tidak semua desa terdapat mandor KUD Bulusae. Jumlah petani mitra pun masih belum mencangkup keseluruhan petani tebu rakyat yang ada di Kecamatan Kedungjajang, Kabupaten Lumajang. Padahal masih ada 1042 orang yang berpotensi menjadi petani mitra KUD Bulusae.

“Jumlah mandor KUD Bulusae perlu ditambah. Diusahakan setidaknya terdapat minimal satu mandor di setiap desa. Sehingga petani tebu rakyat tiap desanya dapat terbantu dengan baik. Juga dengan adanya penambahan mandor, diharapkan akan menambah petani tebu rakyat yang bermitra dengan KUD Bulusae,” tutur Seneman, Sekretaris KUD Bulusae.

Selain itu, KUD Bulusae selama ini menjual hasil panennya hanya ke PG Jatiroto dan PG Wonolongan, namun secara kuantitas mayoritas dijual ke PG Jatiroto karena merupakan mitra KUD Bulusae. Padahal secara keadaan bisnis, PG Jatiroto yang merupakan satu-satunya PG yang ada di Kabupaten Lumajang, memungkinkan terjadinya monopoli di daerah tersebut. Selain itu banyak permasalahan di PG Jatiroto, terutama dalam penentuan nilai rendeman yang sering dipermainkan oleh pihak PG Jatiroto. Selain itu, belakangan ini surat DO yang merupakan hasil penjualan tebu mengalami keterlambatan turun ke petani. KUD Bulusae dapat mencari PG lain sebagai alternatif penjualan hasil panen dengan mencari PG yang memiliki penentuan nilai rendeman dan harga yang lebih baik.

Unit usaha konsorsium tebu yang menjadi bagian dari usaha tebu rakyat KUD Bulusae sebenarnya memliki prospek yang baik ke depannya. Namun kurangnya promosi unit usaha ini, menjadi kendala bagi KUD Bulusae dalam menarik investor. Investor sangat diperlukan dalam menambah modal unit usaha ini.

“Kegiatan promosi perlu dilakukan terhadap keseluruhan unit usaha KUD Bulusae. Terutama yang berkaitan dengan kegiatan produksi tebu. Hal ini akan menarik investor untuk berinvestasi ke KUD Bulusae”, tutur Surul, Manajer KUD Bulusae.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar