Pelayanan Tebang Muat Angkut (Lab. SDAL UGM / Haready)
Tebang dan angkut tebu, merupakan proses menebang, memuat dan mengangkut
tebu dari kebun ke pabrik untuk siap digiling. Unit Usaha TMA (Tebang Muat
Angkut) pada KUD Bulusae sangat bermanfaat untuk menunjang kinerja Unit Usaha
Tebu Rakyat yang merupakan unit usaha utama dari KUD Bulusae. Pelaksanaan
tebang dan angkut merupakan kegiatan panen yang harus mendapat perhatian secara
cermat. Para anggota KUD Bulusae melaksanakan kegiatan pemanenan tebu melalui
unit usaha TMA milik KUD Bulusae. Resiko kehilangan produksi gula karena tebang
dan angkut sangat besar, baik dari aspek kuantitas seperti pasokan bahan baku
tebu dan tebu tertinggal/terbuang, maupun aspek kualitas seperti pengurangan
kandungan dan mutu gula. Kriteria keberhasilan pelaksanaan tebang dan angkut
diukur dari kemampuan kontinuitas pasokan bahan baku sesuai kapasitas giling
dan mutu tebang yang layak giling. Mutu tebang sangat dipengaruhi oleh kesiapan
prasarana, sarana angkutan, sumber daya tenaga tebang, kondisi lingkungan,
kelancaran giling pabrik dan sistem pengupahan tenaga tebang dan angkutan.
Manajer KUD Bulusae, Muhammad Surul menuturkan bahwa, “kehilangan gula
dari saat tebang sampai akhir pengolahan dapat mencapai 35% dan kehilangan yang
terjadi pada saat tebang sampai giling berkisar 5% sampai 25%.” Kehilangan ini
terutama disebabkan keterlambatan giling sehingga tebu menjadi rusak. Kerusakan
tebu tidak hanya menyebabkan kehilangan gula, tetapi juga menyebabkan
pengolahan tebu menjadi gula menjadi lebih sulit. Menurut Sekretaris KUD
Bulusae, Seneman, “tingginya kehilangan gula sebelum giling disebabkan adanya
permasalahan manajemen tebang muat angkut sehingga waktu menunggu tebu menjadi
lebih lama dan tidak sesuai dengan baku nilai, selain itu pelaksanaan tebangan
yang tidak sesuai juga mempengaruhi penurunan produktivitas.’ Proses tebang
muat angkut dapat mengakibatkan susut rendemen gula yang dihasilkan. Penyusutan
rendemen disebabkan proses tersebut mengalami waktu siklus yang panjang.
Penyusutan rendemen gula tersebut menjadi keluhan banyak petani.
Manajemen tebang dan angkut tebu membutuhkan perencanaan yang tepat.
Sistem yang diterapkan oleh KUD Bulusae telah terorganisir dengan baik. Namun
masih terdapat beberapa permasalahan terkait dengan pelaksanaan manajemen
tebang dan angkut tebu di KUD Bulusae, Lumajang, Jawa Timur. Diantaranya yaitu,
sistem pencatatan yang masih menggunakan sistem manual, kurangnya pengawasan di
lapangan pada saat kegiatan pemetaan lahan, dan penundaan dalam pencatatan dan
penyususnan arsip – arsip. Pencatatan manual dapat mengurangi kinerja unit
usaha angkutan, karena jika pencatatan menggunakan sistem manual membutuhkan
waktu yang lebih lama daripada pencatatan dengan komputerisasi. Ketelitian akan
berkurang jika menggunakan pencatatan dengan sistem manual. Menurut Seneman,
“petugas pemetaan blok lahan milik anggota KUD Bulusae dari pabrik gula
seringkali tidak cermat dan menyebabkan blok yang dipetakan menjadi lebih kecil
dari kenyataannya, hal ini dapat menyebabkan jatah giling gula akan berkurang
dan dana talangan yang diberikan pabrik gula akan berkurang.”
Permasalahan – permasalahan yang terjadi di KUD Bulusae khususnya pada
manajemen tebang dan angkut tebu sesungguhnya juga sering terjadi di KUD lain
yang melaksanakan unit usaha tebang dan angkut tebu. Namun permasalahan
tersebut tentu dapat merugikan KUD Bulusae jika tidak segera diatasi. Ketua KUD
Bulusae, Abdur Rochim menuturkan, “solusi dari permasalahan manajemen tebang
muat angkut KUD Bulusae antara lain yaitu pencatatan data harus dilakukan
secara tepat waktu dan melakukan komputerisasi pada seluruh data KUD, serta
bagi permasalahan petugas pemetaan dari pabrik gula, hendaknya dilakukan
pengawasan yang ketat dari pihak KUD ketika proses pemetaan berlangsung.” Unit
Usaha TMA KUD Bulusae akan terus berkembang dan melakukan perubahan – perubahan
guna menjadi Unit Usaha yang dapat berjalan efektif dan efisien serta dapat
mensejahterakan anggota dari KUD Bulusae.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar