Jumat, 24 April 2015

Tebang Muat Angkut (TMA) KUD Bulusae dan Permasalahannya

Oleh : Ananto Tri Soulistyo                                                                                                 Jumat, 24 April 2015 | 15.48 WIB 



                                Pelayanan Tebang Muat Angkut (Lab. SDAL UGM / Haready)

Tebang dan angkut tebu, merupakan proses menebang, memuat dan mengangkut tebu dari kebun ke pabrik untuk siap digiling. Unit Usaha TMA (Tebang Muat Angkut) pada KUD Bulusae sangat bermanfaat untuk menunjang kinerja Unit Usaha Tebu Rakyat yang merupakan unit usaha utama dari KUD Bulusae. Pelaksanaan tebang dan angkut merupakan kegiatan panen yang harus mendapat perhatian secara cermat. Para anggota KUD Bulusae melaksanakan kegiatan pemanenan tebu melalui unit usaha TMA milik KUD Bulusae. Resiko kehilangan produksi gula karena tebang dan angkut sangat besar, baik dari aspek kuantitas seperti pasokan bahan baku tebu dan tebu tertinggal/terbuang, maupun aspek kualitas seperti pengurangan kandungan dan mutu gula. Kriteria keberhasilan pelaksanaan tebang dan angkut diukur dari kemampuan kontinuitas pasokan bahan baku sesuai kapasitas giling dan mutu tebang yang layak giling. Mutu tebang sangat dipengaruhi oleh kesiapan prasarana, sarana angkutan, sumber daya tenaga tebang, kondisi lingkungan, kelancaran giling pabrik dan sistem pengupahan tenaga tebang dan angkutan.

Manajer KUD Bulusae, Muhammad Surul menuturkan bahwa, “kehilangan gula dari saat tebang sampai akhir pengolahan dapat mencapai 35% dan kehilangan yang terjadi pada saat tebang sampai giling berkisar 5% sampai 25%.” Kehilangan ini terutama disebabkan keterlambatan giling sehingga tebu menjadi rusak. Kerusakan tebu tidak hanya menyebabkan kehilangan gula, tetapi juga menyebabkan pengolahan tebu menjadi gula menjadi lebih sulit. Menurut Sekretaris KUD Bulusae, Seneman, “tingginya kehilangan gula sebelum giling disebabkan adanya permasalahan manajemen tebang muat angkut sehingga waktu menunggu tebu menjadi lebih lama dan tidak sesuai dengan baku nilai, selain itu pelaksanaan tebangan yang tidak sesuai juga mempengaruhi penurunan produktivitas.’ Proses tebang muat angkut dapat mengakibatkan susut rendemen gula yang dihasilkan. Penyusutan rendemen disebabkan proses tersebut mengalami waktu siklus yang panjang. Penyusutan rendemen gula tersebut menjadi keluhan banyak petani.

Manajemen tebang dan angkut tebu membutuhkan perencanaan yang tepat. Sistem yang diterapkan oleh KUD Bulusae telah terorganisir dengan baik. Namun masih terdapat beberapa permasalahan terkait dengan pelaksanaan manajemen tebang dan angkut tebu di KUD Bulusae, Lumajang, Jawa Timur. Diantaranya yaitu, sistem pencatatan yang masih menggunakan sistem manual, kurangnya pengawasan di lapangan pada saat kegiatan pemetaan lahan, dan penundaan dalam pencatatan dan penyususnan arsip – arsip. Pencatatan manual dapat mengurangi kinerja unit usaha angkutan, karena jika pencatatan menggunakan sistem manual membutuhkan waktu yang lebih lama daripada pencatatan dengan komputerisasi. Ketelitian akan berkurang jika menggunakan pencatatan dengan sistem manual. Menurut Seneman, “petugas pemetaan blok lahan milik anggota KUD Bulusae dari pabrik gula seringkali tidak cermat dan menyebabkan blok yang dipetakan menjadi lebih kecil dari kenyataannya, hal ini dapat menyebabkan jatah giling gula akan berkurang dan dana talangan yang diberikan pabrik gula akan berkurang.” 


Permasalahan – permasalahan yang terjadi di KUD Bulusae khususnya pada manajemen tebang dan angkut tebu sesungguhnya juga sering terjadi di KUD lain yang melaksanakan unit usaha tebang dan angkut tebu. Namun permasalahan tersebut tentu dapat merugikan KUD Bulusae jika tidak segera diatasi. Ketua KUD Bulusae, Abdur Rochim menuturkan, “solusi dari permasalahan manajemen tebang muat angkut KUD Bulusae antara lain yaitu pencatatan data harus dilakukan secara tepat waktu dan melakukan komputerisasi pada seluruh data KUD, serta bagi permasalahan petugas pemetaan dari pabrik gula, hendaknya dilakukan pengawasan yang ketat dari pihak KUD ketika proses pemetaan berlangsung.” Unit Usaha TMA KUD Bulusae akan terus berkembang dan melakukan perubahan – perubahan guna menjadi Unit Usaha yang dapat berjalan efektif dan efisien serta dapat mensejahterakan anggota dari KUD Bulusae. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar